Pentingnya Komunikasi Dalam Berumah Tangga


Berkomunikasi sudah menjadi kepingan yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan anak Adam. Bahkan berdasarkan sebuah penelitian, dari bangkit tidur di pagi hari sampai berbaring kembali menjelang tengah malam, 70% waktu bangkit kita dipakai untuk berkomunikasi.
Artinya, kualitas hidup kita banyak ditentukan oleh bagaimana kita berkomunikasi dengan sesama; antara suami dan istri, orangtua dan anak, tetangga dengan tetangga lainnya, dan seterusnya. Singkatnya, hidup kita ini ternyata banyak sekali ditentukan oleh bagaimana kita menggunakan lisan kita.

James O. Prochaska dan Carlo C, dalam salah satu kepingan bukunya membahas problem-problem perkawinan dan perceraian. Menurut mereka, sebagian besar ketidakpuasan perkawinan ternyata bersumber dari dilema komunikasi.

Sebuah pertengkaran antara suami dan istri tercipta, sumbernya ialah alasannya ialah keduanya gagal membuatkan komunikasi yang baik. Kegagalan komunikasi (communication breakdowns) ini diawali dengan perilaku sang istri yang cenderung memperhatikan dirinya sendiri sehingga luput melihat keadaan suaminya. Pertengkaran itu seharusnya tidak perlu terjadi bila sang istri cepat tanggap dan bersikap sesuai dengan impian suaminya. Sang suami yang sedang bingung itu berharap mendapatkan sobat yang bisa diajak bicara sehabis ia merasa cukup menyendiri. Tapi impian itu buyar alasannya ialah ulah sang istri. Dan sayangnya, sang suami pun terpancing emosinya.

Dari sudut ilmu komunikasi, salah satu bentuk komunikasi yang paling sering menimbulkan perpecahan keluarga ialah komunikasi kursif. Komunikasi kursif ialah bentuk relasi dua orang atau lebih yang memberikan dengan efek memaksa pada orang yang mendapatkan pesan. Komunikasi kursif adakalanya merupakan cara yang secara sadar dipilih orang untuk memenangkan pendapatnya. Tetapi amat sering orang melaksanakan komunikasi kursif tanpa menyadari bahwa ia telah melaksanakan komunikasi dengan efek yang sangat kuat.

Untuk memahami lebih jauh, ada baiknya kita bincangkan ciri-ciri komunikasi kursif.
Pertama, menyalahkan pasangan. Adalah masuk akal dalam kehidupan ini bila seseorang berbuat salah, termasuk pasangan kita. Sebagai suami atau istri, kita seharusnya merasa perlu menasehati pasangan kita apabila ia berbuat salah. Tapi seringkali orang yang dinasehati justru menjadi murka alasannya ialah is pemberi nasehat bersikap menyalahkan. Sikap menyalahkan pasangan lebih bersahabat pada tindakan menilai negatif pribadinya, bukan menawarkan pada tindakan yang keliru secara spesifik.

Kedua, saling menyalahkan. Komunikasi suami istri akan bertambah runyam kalau keduanya sudah saling menyalahkan. Munculnya situasi saling menyalahkan ini gampang dipahami. Kebanyakan dari kita gampang sekali terpancing oleh perilaku yang ditunjukkan sobat hidup kita, bahkan kadang perilaku yang tidak dimaksudkan untuk menciptakan kita masygul. Kita gampang bereaksi, sehingga berbalas menyalahkan sanggup dengan gampang terjadi. Alhasil, tidak ada penyelesaian dilema kecuali menambah gerahnya suasana batin dirumah.

Ketiga, tanpa alternatif. Munculnya perilaku menyalahkan dan bahkan saling menyalahkan antara suami dan istri antara lain alasannya ialah mereka tidak biasa melihat alternatif dalam menghadapi banyak sekali masalah. Mereka cenderung melihat dilema dalam satu arah, sehingga tidak bisa berpikir secara damai dan sejuk ihwal apa yang diharapkan, apa yang terbaik, dan bagaimana mencapai yang terbaik.

Keempat, sangat sensitif terhadap kritik. Yang menimbulkan komunikasi tidak bisa berjalan dengan lancar, khususnya dalam membicarakan masalah-masalah, ialah kalau salah satu pihak begitu sensitif terhadap kritik. Akibatnya mereka tidak bisa berdiskusi dan mendapatkan titik temu. Begitu peka terhadap kritik berbeda dengn cepat menyadari kritik. Umar bin Khattab r.a. ialah orang yang gampang sekali tersentuh oleh kritik yang dilontarkan kepadanya, hatta si penyampai ialah seorang wanita tua. Sahabat lain ketika diingatkan Nabi alasannya ialah menyampaikan Bilal r.a sebagai budak hitam segera menelungkupkan kepalanya di tanah mempersilakan Bilal untuk menginjaknya.

Kelima, cara berpikir "semua salah". Seseorang bisa saja mengalami kekacauan berpikir alasannya ialah tercemar sesuatu. Psikolog menyebut pikiran tercemar dalam memahami gosip dan menarik kesimpulan sebagai ‘distorsi kognitif’. Cara berpikir " semua salah atau semua benar" ialah salah satu bentuk distorsi kognitif. Cara berpikir "semua salah" memandang satu dua kejadian sebagai keseluruhan. Jika anda di kritik beberapa orang alasannya ialah warna pakaian yang anda kenakan, anda mengatakan: "semua orang telah mengkritik saya." Jika anda beberapa kali menerima kritik, anda mengatakan, "SELALU saya yang dikritik."; "Saya memang TIDAK PERNAH benar. Saya SELALU salah."

Keenam, komunikasi kursif terjadi antara lain alasannya ialah kita enggan mencari akar masalah. Akibatnya kita tidak sanggup memahami dengan sungguh-sungguh mengapa dilema itu muncul dan tidak hilang-hilang. Mencari akar dilema memang tidak enak. Mengakui diri sendiri berbuat salah, melaksanakan sesuatu yang kolot atau sejenisnya merupakan pekerjaan yang sangat berat, malah paling berat. Pengakuan ini jauh lebih susah dilakukan daripada menyampaikan kepada sobat hidup kita, " Ya sudah, saya akui. Aku memang salah. Aku memang salah, kok."

Ketujuh, tanpa jangkauan kedepan. Orang berpikir secara seksama implikasi dari tindakan dikala ini ke masa depan cenderung berhitung secara lebih matang. Ada tidaknya jangkauan berpikir ke masa depan atau yang amat jauh didepan sangat memilih kesabaran dan kecermatan kita. Jangkauan yang jauh kedepan juga menciptakan kita lebih damai dan lebih bisa menjaga keseimbangan berpikir, lebih betah mencari alternatif dikala menemui dilema dan lebih tahan mencari akar masalah.

Kedelapan, cara berbicara. Cara kita berbicara bisa menimbulkan efek kursif. Sadar atau tidak, kita menggunakan kata-kata yang tidak bisa dielakkan oleh orang lain, kata yang tidak bisa dibantah alasannya ialah merupakan kebenaran umum tetapi mengandung kesalahan untuk perkara-perkara khusus, serta jenis-jenis kalimat tanya tak tanya.

Berbagai Sumber

Belum ada Komentar untuk "Pentingnya Komunikasi Dalam Berumah Tangga"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel